Penanganan pertama bayi jatuh

Hola...

Maaf ya, saya absen di blog terlalu lama karena ada kesibukan baru selain ngurus anak: baca buku :'))) Waktu saya benar-benar habis untuk membaca sampai lupa mau nulis di blog. Padahal ngga ada yang nungguin tulisan saya, juga sih. Hahaha. 

Okay, since I'm back, I want to talk about babies. Kali ini, saya mau curhat sekaligus berbagi pengalaman juga deh ya, saat pertama kali menghadapi anak/bayi jatuh. Kalau ditanya gimana perasaannya, saya ngga bisa deskripsiin karena ya ampun, I felt like my heart stopped, I can't breath as well.

Jadi Rahma pertama kali jatuh waktu dia umur 5 bulanan deh, and now she's 8 months. Saya ingat waktu itu lagi bulan puasa, dan sekitar jam 10-11 saya lagi nyuci di kamar mandi. Sebenernya di kamar tidur saya ada sih kamar mandi, tapi pas banget lagi ngga ada air (well, in here, water can be so rare). Jadi saya harus nyuci di kamar mandi yang ada sumurnya. Fortunately, I shouldn't draw from well manually.

Nah, sebelum nyuci, saya susun bantal di atas kasur mengelilingi Rahma supaya dia yang waktu itu memang udah mulai narik-narik badannya pakai perut, ngga jatuh. Tapi mungkin saya yang terlalu underestimate Rahma ngga bakal jatuh, karena saya susun bantalnya kurang rapat. I've never knew that she was so active and strong :')

Sekitar 15 menit saya tinggal nyuci, tiba-tiba ada suara "gabruk!" dari arah kamar. Mimpi buruk saya jadi kenyataan ketika saya mendapati Rahma yang ketika saya tinggal ada di atas kasur,  ada di lantai. Dia menangis kencang-kencang, hal yang (saat itu) tidak pernah Rahma lakukan. Saya sempat panik, namun tetap berusaha tenang. Tanpa pikir panjang, saya pun langsung menggendong dan mencoba menenangkannya.

Tapi dia masih nangis kencang, sampai saya hampir ikut menangis karena takut, sedih, kesal sama diri sendiri, dan semua emosi negatif lainnya. Dengan minimnya pengetahuan, saya terus berusaha meredakan tangisnya.

Penanganan pertama bayi jatuh

1. Cek memar di badannya

Saya lemas waktu liat ada semburat biru di pipi Rahma. Tapi cukup beruntung karena Rahma terjatuh dengan posisi tengkurap, jadi kepalanya tidak terbentur. Hmm, cuma tetep was-was juga sih tulang rusuknya kenapa-napa.

Alhamdulillah sampai sekarang baik-baik aja. Memarnya pun hilang sekitar semingguan lah. Waktu itu saya belum tau, kalau memar itu bagusnya dikompres pakai air dingin.

2. Susui

Seperti yang kita tau, bukan hanya memberikan kebutuhan nutrisi untuk bayi, tetapi menyusui juga dapat menguatkan ikatan ibu dan anak, serta memberikan rasa nyaman pada anak. Mungkin pada ibu juga ya.. Saya yang waktu itu bingung harus ngapain, insting saya mengatakan kalau saya harus menyusui Rahma supaya dia tenang.

Mungkin disamping karena sakit dan kaget setelah jatuh jatuh, nangisnya yang kencang juga disebabkan dia lapar setelah bangun dari tidur. Tangis Rahma pun berangsur reda.

3. Observasi selama 24 jam

Selain cek ada memar atau ngga, perlu juga cek apakah setelah jatuh bayi muntah. Saya juga baru tahu kalau bayi muntah setelah jatuh, berarti ada yang salah di dalam badannya. Cek juga apa selama 24 jam itu, bayi jadi lebih rewel dari biasanya bahkan sampai menolak untuk tidur atau malah tidur lebih lama.

Kalau Rahma, selama 24 jam itu memang gampang sekali nangis. Apalagi ketika saya taruh di kasur setelah saya gendong. Meskipun saya taruhnya perlahan-lahan, dia pasti nangis. Dia yang biasanya kalau digodain ketawa, waktu habis jatuh itu ngga mau senyum.

Alhamdulilah, pas banget 24 jam tuh, dia udah ketawa-ketawa lagi. Bikin saya jadi lega.

4. Urut

Nah esok harinya setelah jatuh, saya panggil tukang urut yang biasa pegang bayi. Selama diurut tuh, Rahma ngga nangis sama sekali. Kalau kata tukang urutnya, itu bagus. Karena biasanya anak atau bayi yang habis jatuh, suka nangis kalau lagi diurut karena berarti ada yang sakit.

Baiklah, sekian sharing pengalaman saya soal bayi jatuh. Kalau masih ada yang belum jelas (berasa kayak dosen ke mahasiswa) atau mau berbagi juga pengalaman yang sama, boleh banget tinggalkan komentar :)

Thankkkyouuu all~