Ponsel Hilang? Tenang, Data Tetap Aman #DibuangSayang #SanDiskAPAC


Masih dalam euforia pelantikan Presiden Joko Widodo pada 2014 silam, saya saat itu sedang hangat-hangatnya menjalin hubungan dengan mantan pacar yang kini sudah menjadi suami. Saya yang dulu ditugaskan meliput segala hal yang berbau properti, menyusul suami saya di Monas 5 tahun lalu. Bukan, suami saya bukan Presiden, tapi wartawan yang ditugaskan meliput keseruan malam itu. 

Ternyata, keputusan itu cukup saya sesali gara-gara usai dari sana, saya kehilangan ponsel pintar pemberian kakak saya, iPhone 4S. Meski bukan jenis iPhone yang terkeren pada tahun itu, tapi buat saya yang baru pertama kali pegang produk Apple adalah kebanggaan tersendiri. Setelah resmi menjadi wartawan, ponsel ini menemani saya dalam bertelepon, berkirim pesan, berkomunikasi lewat sosial media, hingga mengambil gambar, menulis berita, dan merekam suara. 

Ketika ponsel itu hilang, saya merasa separuh hidup saya ikut hilang bersamanya. Bagaimana tidak? Seluruh rekaman suara, gambar dan video yang saya ambil ada di sana. Belum lagi puluhan tulisan yang sudah saya buat sejak jadi wartawan. Ada beberapa data-data yang tersimpan di iCloud, tapi ada pula yang belum sempat saya sinkronisasi sehingga pupus begitu saja.


Pentingnya mencadangkan data

Saya cukup yakin, pengalaman ponsel hilang tidak hanya dialami oleh saya seorang. Pasti banyak orang di luar sana yang juga mengalami nasib buruk seperti ini dan kesal setengah mati. Apalagi kalau ponsel tersebut dibeli menggunakan uang yang telah ditabung selama berbulan-bulan lamanya. Ternyata, hal ini sejalan hasil riset yang dirilis Western Digital baru-baru ini, yaitu sebanyak 67 persen responden pernah mengalami kasus kehilangan data sebelumnya.

Meski demikian, dalam banyak kasus, ponsel bisa (dan pasti) dibeli lagi tetapi tidak dengan data kita yang hilang. Terkecuali, jika data tersebut telah dicadangkan di tempat penyimpanan lain. Keuntungan lainnya jika kita mencadangkan data di tempat lain di luar ponsel kita, kinerja ponsel akan lebih baik karena ruangnya lebih lapang.

Western Digital juga menemukan, 97 persen responden riset menggunakan ponsel mereka untuk mendukung aktivitas sehari-hari. Responden riset yang berusia muda bahkan mengandalkan ponsel pintar bukan lagi hanya untuk bertelepon atau berkirim pesan, tetapi juga untuk mengambil gambar dan video, serta bermain game. 

Saya punya pengalaman saat sedang meliput peresmian sebuah jalan tol oleh Presiden dan harus mengambil gambarnya. Tetapi, sejurus kemudian, pengambilan gambar menjadi terhambat cuma gara-gara ruang penyimpanan penuh. Tentu saja saya tidak bisa menyuruh Presiden menunda peresmian sementara saya menghapus foto-foto lampau yang memenuhi kapasitas penyimpanan ponsel. Belum lagi, foto yang akan dihapus 'kan juga harus dipilah secara hati-hati karena ada momen yang memang penting diabadikan sehingga #DibuangSayang. 


Pilihan tempat penyimpanan

Saat ini, tempat penyimpanan yang populer digunakan seperti iCloud untuk pengguna Apple, Google Drive untuk pengguna Android, dan Dropbox. Meski begitu, untuk mencadangkan data kita ke tempat-tempat tersebut, dibutuhkan koneksi internet. Terlebih jika data yang akan dicadangkan seperti foto, video, dan dokumen-dokumen lainnya berkapasitas besar, maka dibutuhkan koneksi internet yang stabil. Dengan demikian, hal ini akan sulit dilakukan setiap saat apalagi ketika bepergian atau dalam perjalanan. 

Cara lainnya untuk menyimpan secara offline adalah menggunakan laptop, USB, atau hard disk. Keuntungannya mencadangkan data dengan memanfaatkan 3 benda tersebut, kita tidak perlu koneksi internet. Namun sayang, tetap ada kelemahannya. Misalnya, mencadangkan data dari ponsel ke laptop, dibutuhkan kabel USB. Bawa laptopnya saja sudah butuh ruang di tas. Eh, kabel USB tertinggal. Lengkap sudah penderitaan. 

USB dan hard disk paling ringkas, karena kita tidak perlu berat-berat bawa laptop untuk menyimpan data. Masalahnya, kita tidak bisa memindahkan data dari ponsel langsung ke USB dan hard disk. Ujung-ujungnya sakit hati butuh laptop juga.

Nah, keribetan ini sekarang bisa terselesaikan berkat USB OTG Sandisk. Apa itu? Jadi, USB OTG Sandisk ini semacam flashdisk yang biasa dipakai untuk di laptop, tapi "kepalanya" ada dua. Untung bukan muka dua, ya 'kan? Di satu sisi, kepala USB OTG Sandisk untuk dicolok di laptop, sementara di sisi yang lain bisa tersambung langsung ke ponsel pintar. 

Inovasi ini berguna banget sih untuk mereka-mereka yang menjunjung tinggi kepraktisan. Sewaktu-waktu mau pindahkan data dari ponsel, bisa segera colok USB OTG Sandisk tanpa perlu kabel-kabel lagi. Lalu, kalau mau cadangkan data di laptop, bisa pakai benda yang sama juga. 

Saya pernah pinjam USB OTG Sandisk punya adik saya. Waktu itu, kami berencana mudik ke Lampung. Mengingat perjalanan darat dan laut yang bakal menghabiskan waktu sekitar 8 jam, saya berniat untuk memboyong sejumlah film. Namun saya pikir-pikir lagi kok repot sekali kalau harus buka laptop di kapal. Ternyata adik saya selangkah lebih maju dan menawarkan USB OTG miliknya. 

Akhirnya saya pun langsung memindahkan film-film box office dari laptop ke USB OTG supaya bisa ditonton lewat ponsel pintar tanpa harus memenuhi ruang penyimpanan. Ya ampun, praktis sekali! Saya jadi makin tersadar penting banget punya USB OTG Sandisk ini minimal satu unit lah, terutama kapasitas yang paling besar, yaitu 256 GB. Jadi kita enggak perlu lagi deh bawa-bawa hard disk buat cadangkan data di luar ponsel, apalagi laptop.

Saya juga jadi khawatir kalau sewaktu-waktu ponsel hilang karena data bisa dicadangkan ke USB OTG Sandisk. Tapi, ya, jangan sampai hilang lagi deh ponsel saya. Bisa bangkrut hayati.

Comments

Popular Posts