Covid-19
Hari ke-36481921 karantina. Sebenernya gak bisa dibilang karantina juga sih, karena masih buka dan jaga toko di rentang jam 7-10 pagi. Sisanya yang jam 10 pagi-10 malam, suami yang buka.
Apa yang berbeda dibandingkan sebelum wabah covid-19 menyerang? Sampai sekitar pertengahan atau akhir Maret, Rahma masih main-main di balai, tidur siang di toko, digendong orang sana-sini. Sekarang udah lebih dari sebulan Rahma di rumah aja, main waktu pagi atau sore di sekitar rumah. Itu juga enggak menentu ada temen atau enggak.
Kalau pas enggak ada temen yang keluar, ya hiburan Rahma cuma liat sapi, ayam, kucing, dan itik punya Apak Amal. Walaupun si Rahma seneng-seneng aja, terlepas karena emang dia belum ngerti sama apa yang terjadi di sekitarnya, tapi kadamg-kadang malah amaknya yang kangen mau bawa dia ke toko. Kangen untuk merasa nggak khawatir lagi saat Rahma disayang-sayang sama pembeli toko, lari-lari di sepanjang ruko, atau dadah-dadah sama siapapun yang lewat depan toko (mau kenal mau enggak).
Sejauh ini, belum ada tanda-tanda tren penurunan jumlah penambahan kasus positif baru di Indonesia. Di Sumatera Barat aja, yang positif masih bertambah. Sekarang angkanya udah di 74 kasus.
Sungguh pesimistis kalau wabah ini bakal segera berlalu, apalagi kalau lihat kurangnya kesadaran masyarakat untuk sekadar pakai masker dan rajin cuci tangan. Boro-boro deh mengharapkan orang mau karantina mandiri berhari-hari di rumah aja.
Tapi ya, nggak sepenuhnya kesalahan masyarakat aja sih. Gimana mau makan kalau nggak kerja? Apalagi di desa begini, jumlah pegawai gak seberapa dibanding petani dan pedagang. Berharap pemerintah sini kayak Singapura yang kasih sembako tiap hari? Halah, cuma mimpi di siang bolong.
Apa yang berbeda dibandingkan sebelum wabah covid-19 menyerang? Sampai sekitar pertengahan atau akhir Maret, Rahma masih main-main di balai, tidur siang di toko, digendong orang sana-sini. Sekarang udah lebih dari sebulan Rahma di rumah aja, main waktu pagi atau sore di sekitar rumah. Itu juga enggak menentu ada temen atau enggak.
Kalau pas enggak ada temen yang keluar, ya hiburan Rahma cuma liat sapi, ayam, kucing, dan itik punya Apak Amal. Walaupun si Rahma seneng-seneng aja, terlepas karena emang dia belum ngerti sama apa yang terjadi di sekitarnya, tapi kadamg-kadang malah amaknya yang kangen mau bawa dia ke toko. Kangen untuk merasa nggak khawatir lagi saat Rahma disayang-sayang sama pembeli toko, lari-lari di sepanjang ruko, atau dadah-dadah sama siapapun yang lewat depan toko (mau kenal mau enggak).
Sejauh ini, belum ada tanda-tanda tren penurunan jumlah penambahan kasus positif baru di Indonesia. Di Sumatera Barat aja, yang positif masih bertambah. Sekarang angkanya udah di 74 kasus.
Sungguh pesimistis kalau wabah ini bakal segera berlalu, apalagi kalau lihat kurangnya kesadaran masyarakat untuk sekadar pakai masker dan rajin cuci tangan. Boro-boro deh mengharapkan orang mau karantina mandiri berhari-hari di rumah aja.
Tapi ya, nggak sepenuhnya kesalahan masyarakat aja sih. Gimana mau makan kalau nggak kerja? Apalagi di desa begini, jumlah pegawai gak seberapa dibanding petani dan pedagang. Berharap pemerintah sini kayak Singapura yang kasih sembako tiap hari? Halah, cuma mimpi di siang bolong.
Comments
Post a Comment